I. Latar Belakang dan Sejarah Parsadaan
Marga Hariandja yang sudah menjunjung baringanna (resmi) dari suku Batak Toba merupakan keturunan dari marga yang ada sebelumnya yaitu Toga Samosir yang pada generasi ke-4 disebut dengan Raja Parhoris-Hariandja.
Pomparan (keturunan) Raja Parhoris Hariandja beserta boru-bere mengadakan pertangiangan atau doa bersama pertama yang diprakarsai Bapak Pendeta Gustaf Hariandja beserta pomparan marga Hariandja yang lain sebagai upaya mempersatukan semua keturunan marga Hariandja sembari memanjatkan doa pada tahun 1955 di Huta Hariandja, Pangaribuan. Pada waktu itu dicetuskan Motto sebagai berikut : “ Holong ma roham mida donganmu jolma, alai lumobi ma tu marga Hariandja” yang bermakna kasihilah sesamamu manusia terlebih mengasihi sesama marga Hariandja.
Kemudian pada tanggal 5-7 Juli 2002 dari prakarsa Punguan Hariandja se Jabodetabek beserta pomparan marga Hariandja yang lain tercatat sebagai sejarah telah berlangsung Partangiangan atau Doa bersama di Onan Runggu Pulau Samosir. Dalam kegiatan ini terjalin rasa kekeluargaan diantara marga Hariandja beserta boru, bere dari seluruh penjuru Indonesia. Bersamaan dengan itu dilakukan seminar tarombo (silsilah) marga Hariandja dan dicanangkanlah pembangunan Tugu Raja Parhoris Hariandja sekaligus pada saat itu dilaksanakan peletakan batu pertama yang mana tugu ini akan merupakan simbol atau lambang kebersamaan sesama keturunan marga Hariandja sekaligus simbol penghormatan kepada leluhur.
Sebagai tindak lanjutnya maka dibentuklah Panitia Pembangunan Tugu yang dipimpin oleh Bapak Drs. B. V. Hariandja sebagai Ketua Umum dan Bapak Kol. Inf. M. Hariandja sebagai Ketua Pelaksana Harian sekaligus Ketua Pelaksanaan pembangunan tugu dan Bapak S. Hariandja (A. Nixon ) sebagai Sekretaris Umum, sedangkan Bendahara Umum adalah dr. D.H Sibuea yang didukung dengan kerja sama yang tinggi dari semua pomparan (keturunan) marga Hariandja beserta boru, bere, ibebere maka berdirilah Tugu Hariandja dengan megah di huta Gorat, Onan Runggu-Pulau Samosir. Sebagai rasa syukur maka diadakan pesta peresmian Tugu Hariandja pada tanggal 6 September 2003 secara adat penuh diiringi gondang sabangunan dengan dihadiri oleh hula-hula Sirait, tulang Simbolon dan dongan tugu marga Samosir beserta para undangan lainnya, dan peresmian tugu tersebut berjalan dengan baik.
Pada tnggal 05 September 2003 diadakan juga sarasehan (temu kangen) yang membahas berbagai aspek kehidupan khususnya dilingkungan marga Hariandja masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Pada ketika itu disepakatilah untuk membentuk suatu organisasi (Punguan/Perkumpulan) yang menjadi wadah persatuan seluruh keturunan (pomparan) marga Hariandja Dohot Boruna se-Indonesia dengan visi dan misi yaitu untuk membangun Marga Hariandja dan borunya sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk melaksanakan persiapan pembentukan organisasi dengan baik maka pada ketika itu disepakati menunjuk 5 (lima) orang sebagi tim perumus yaitu Bapak Simion D. Hariandja MTh, Bapak M. Hariandja, Bapak Deonatus Harianja SE, MBA, Bapak P.R Hariandja dan Bapak Pdt. M. Hariandja.
Dengan segala keterbatasan yang ada, Tim Perumus mencoba melengkapi bagan organisasi, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga demikian juga langkah pembentukan pengurus.
Pembentukan pengurus akhirnya dapat dilakukan dan dilantik pada acara Pesta Ulang Tahun Punguan Hariandja, Boru, Bere, Ibebere se-Kotamadya Medan di Medan pada tanggal 17 Oktober 2004.
Pembentukan dan pelantikan pengurus inilah sebagai titik awal berdirinya suatu Punguan yang pada saat itu diberi nama Persadaan Hariandja dohot Boruna se Indonesia (PHBI) dengan masa tugas 5 (lima) tahun dimulai sejak pendirian hingga tahun 2008.
Organisasi yang telah dibentuk ini masih sangat sederhana dan mempunyai kelemahan yaitu belum adanya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang telah disahkan secara bersama-sama dalam suatu Musyawarah Besar dengan mengikut-sertakan para anggota. Hal ini jugalah yang mendasari penugasan kepada Panitia Pelaksanaan Partangiangan Hariandja tanggal 4-5 Juli 2008 untuk meng-agendakan pelaksanaan Musyawarah Besar untuk mengajukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang dapat disahkan sekaligus memilih dan menetapkan pungurus baru.
Demikian latar belakang dan sejarah berdirinya organisasi Parsadaan Hariandaja Dohot Boruna se-Indonesia.
Kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberi rahmat dan berkatnya kepada semua keturunan (pomparan) marga Hariandja beserta Boru juga kepada para pengurus yang telah berupaya mempersatukan dimasa yang lalu, saat ini maupun untuk masa yang akan datang.
II. Latar Belakang dan Sejarah Parsadaan.
Dengan didasari rasa kasih yang diikat didalam suatu kekeluargaan sebagai keturunan (pomparan) marga Harianda baik anak maupun boru yang senantiasa menginginkan kemajuan dalam segala aspek kehidupan maka dengan kebulatan tekad dibetuklah Parsadaan Hariandja Dohot Boruna se- sebagai suatu lembaga organisasi yang madiri dengan berasaskan Pancasila dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Semua keturunan (pomparan) marga Hariandja baik anak maupun boru adalah bagian integral dari berbagai suku bangsa Indonesia sekaligus juga sebagai salah satu dari suku Batak berkeinginan ikut mengambil peran demi kemajuan bangsa dan negara dengan mengupayakan kemajuan bagi keturunan (pomparan) Marga Hariandja itu sendiri.
Untuk mencapai keinganan tersebut maka diperlukan upaya mempersatukan secara konsisten, sistematis dan berdaya-guna secara terus menerus dengan Visi dan Misi yaitu meningkatkan harkat kehidupan bagi semua anggota dengan berbagai upaya kegiatan sosial, budaya dan ekonomi.
Pembentukan Parsadaan Hariandja Dohot Boruna se-Indonesia ini adalah merupakan titik awal untuk senantiasa dinamis melakukan keharmonisan visi dan misi dengan kerinduan semua anggotanya dengan penyesuaian terhadap kemajuan zaman maupun kebutuhan sesuai kondisi dikemudian hari.
Maka dengan semangat kekeluargaan dan terjalinnya rasa keber-samaan, maka disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai landasan organisasi PHBI.