Saktinya Ompu Raja Sapala Datu Hariandja

Diera Modern sekarang, barang pusaka peninggalan nenek moyang sudah jarang ditemui di Bona Pasogit, kalaupun ada hanya dibeberapa tempat saja. Mungkin dulu terjual, hilang atau bisa saja pomparannya kurang menghargainya, barang pusaka batak sekarang hanya bisa kita lihat dengan gampang di Museum Center T.B Silalahi Balige Tobasa.

Bagi pomparan Raja Sapala Datu Harianja, selain pelestarian budaya, barang pusaka asli nenek moyangnya sampai sekarang masih disimpan dan terjaga dengan baik. Barang pusaka tersebut adalah Ulos Batak dan Pisau (Podang) yang umurnya sudah ribuan tahun.

Pomparan Raja Sapala Datu Harianja St.Idris Harianja yang tinggal di kota Bekasi Jabar dan Gr Jaman Harianja (Ketua Umum Bona pasogit) yang tinggal di Sirpang Tolu Harianja, pada saat partangiangan pomparan Raja Sapala Datu Harianja, menjelaskan tentang perjalanan Oppu Sapala Datu Harianja dan adiknya Marpati Aji Harianja dari Samosir hingga saktinya barang pusaka Sapala Datu Harianja.

Menurutnya, Kecamatan pangaribuan dulunya didiami marga Pangaribuan dan Pasaribu, terbukti di desa Harianja nama itu masih melekat, seperti belakang gereja HKI Harianja namanya Porlak (kebun) Lumban Pangaribuan dan satu lagi dusun Lumban Pangaribuan yang berdekatan dengan desa Parsibarungan. Kalau pasaribu bisa dijumpai di perbukitan Tagahambing dan Dolok Matutung yang namanya Sombaon Pasaribu.

Raja Sapala Datu harianja atau sering di sebut Panggasang, adalah anak ke empat dari enam bersaudara anak Ompu Datu Bukkuk, yang merupakan keturunan ketiga dari Raja Parhoris Harianja.

Dari cerita St Idris Harianja, Raja Sapala Datu bermukim di Pangaribuan, bermula dari mengembaranya pomparan Siraja Lontung ke tanah Pangaribuan dan serta dipicu perselisihan dengan tiga abangnya; Ompu Raja Galung, Op Raja Imbang dan Manggasang, akhirnya Sapala Datu dan adiknya, Marpati aji, memilih untuk hengkang dari Samosir. Mereka berdua mengembara untuk mencari daerah pemukiman baru dengan hanya bermodalkan pedang (podang) yang sampai sekarang masih tersimpan dengan baik.

Singkat cerita, setelah beberapa hari perjalanan, sampailah di Tarutung (Rura Silindung), di Tarutung abang adik ini tidak bisa sependapat kemana harus dilanjutkan perjalanan, Sapala Datu ingin perjalanan diteruskan ke Pangaribuan, sementara Marpati Aji lebih memilih ke arah selatan (Pahae). Sifat keras Sapala Datu dan adiknya, Marpati Aji, yang membuat mereka harus berpisah.

Raja Sapala Datupun meneruskan perjalanannya ke arah timur tenggara (Pangaribuan), sedangkan adiknya, Marpati aji, meneruskan perjalanan ke arah selatan yang akhirnya menetap di Pahae.

Dalam perjalanan Ompu Sapala Datu Harianja ke luat pangaribuan, banyak tantangan selama di perjalanan. Tapi karena saktinya pedangnya yang konon kalau melukai manusia atau binatang, satu tetes darah saja si korban akan meninggal, sehingga semua tantangan di perjalanan bisa dilaluinya.

Sapala Datu menyusuri daerah Kec Siatas Barita di mana daerah itu didiami marga Simorangkir.

Sebagai seorang pengembara, setiap melewati perkampungan Sapala Datu akan bekerja kepada penduduk setempat supaya bisa makan untuk bekal diperjalanan. Saat itulah Sapala Datu bertemu dengan gadis yang cantik Boru Simorangkir.

Boru simorangkir gadis yang cantik sangat tertarik dengan kehadiran pria tampan (Sapala Datu) karena mampu marmossak (bela diri) dan mengobati (datu mandaoni). Selain itu pedangnya mampu membunuh penjahat atau binatang hanya sekali oles dan setetes darah akan mengakibatkan kematian.

Pesona ketampanan Sapala Datu mampu memikat gadis Br Simorangkir, tapi sayang keluarga simorangkir kurang setuju. Ketidak sukaan marga Simorangkir kepada Sapala Datu tidak berlangsung lama, akhirnya hula-hula Simorangkir tidak bisa berbuat banyak karena putrinya yang bernama lengkapnya Samadur Simorangkir terlalu cinta sama pemuda tampan dan hebat yang marganya harianja. Ulos hela-pun disematkan kepada Sapala Datu. Ulos tersebut sampai sekarang masih utuh dan tersimpan dengan baik sebagai barang pusaka. Raja Sapala Datu Harianja dan Samadur boru Simorangkir resmi jadi pasangan suami istri.

Perjalanan Sapala Datu dan Br Simorangkir menuju Pangaribuan melalui Simorangkir, Gonting Pege dan terus melewati Sigotom tanah marga Tambunan yang berakhir di Simaninggir daerah Lumban Sormin dan menetap di sana.

Perkawinan mereka berdua melahirkan 3 anak. Yang pertama (Siangkaan) Ompuni Hutasada yang keturunanya banyak di Sirpang Tolu, anak kedua (Sipaitonga) Raja Panulaha yang pomparannya di Lumban Pangabisan dan sebagian lagi di Sirpang Tolu serta siampudan ompu Pangorom yang pomparannya banyak mendiami Harianja Banjar Ganjang, sibingke dan silantom jae.

Setelah beberapa tahun, ketiga putra Sapala datu tumbuh besar sebagai pemuda tangguh dan pemberani sebagaimana diajarkan orangtuannya sapala datu. Pada masa itu, kesatuan Siraja Lontung cukup kuat, mengingat kawasan Simaninggir adalah kawasan yang pertaniannya sangat sempit karena dikelilingi perkampungan Siregar. Karena itulah memaksa Sapala Datu dan ketiga putranya harus mencari lokasi baru.

Kuatnya rasa persaudaraan Siraja Lontung dan tak ingin saudaranya kelaparan karena lahan pertanian yang sempit, akhirnya pomparan Siraja Lontung Siregar, Gultom, Pakpahan, Sinaga dan Simatupang memberi sinyal bantuan tenaga berperang mengusir marga Pasaribu dan marga Pangaribuan yang sebelumnya menguasai sosor Pangaribuan dan Lumban Pangaribuan. Kesaktian Sapala Datu dan tiga putranya serta bantuan pomparan Siraja Lontung akhirnya berhasil mengusir marga Pangaribuan dan Pasaribu yang konon mereka pergi ke daerah Garoga dan Balige kawasan pinggiran danau toba. Namun nama Pasaribu dan Pangaribuan masih banyak sampai sekarang, seperti Sombaon Pasaribu, Lumban Pangaribuan dll.

Sukses merebut kawasan Harianja, ompu Sapala Datu dan istrinya Boru Simorangkir, di sisa hidupnya lebih memilih tinggal di Simaninggir Lumban Sormin. Tapi ketiga anaknya tinggal di daerah Harianja hasil rebutan lahan dari tangan marga Pasaribu dan Pangaribuan. Sampai tua dan meninggal ompu Sapala Datu Harianja dan Br Simorangkir tetap di Simaninggir. Seiring berjalanya waktu, pomparanya memindahkan tulang belulang Sapala Datu dan istri ke desa Harianja sekitar tahun ‘70an.

Sekarang pomparan Sapala Datu selain di kampung halaman Bona Pasogit, sudah menyebar ke seluruh nusantara bahkan sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan negara lainya.

Pesan Sapala Datu kepada ketiga anaknya adalah supaya menikah dengan pariba-nya. Tetapi hanya putra keduanya, panulaha, yang mau kawin sama Pariban Boru Simorangkir, sementara abangnya lebih memilih Boru Hutauruk dan adiknya Boru Hutabarat yang semuanya dari kawasan Rura Silindung.

Pesan kedua adalah supaya saling mengasihi satu sama lain hingga kepada seluruh keturunanya (Ingkon masihaholongan hamu sama hamu dohot rodi pomparan muna). Karena pesan inilah semua pomparan Sapala Datu di seluruh dunia untuk mengucap syukur yang dikemas dalam sebuah kegiatan Partangiangan Pomparan Raja Sapala Datu Harianja Boru Bere (PPRSDHBB).

Partangiangan Pomp Sapala Datu Harianja

Kembali seperti yang dijelaskan St.Idris Harianja bahwa nama raja Sapala Datu bukan karena memaknai raja sebagai penguasa yang memiliki kekuasaan, pasukan dan istana kerajaan. Arti raja pada ompu Sapala Datu Harianja adalah sosok yang sangat dihormati dan dipandang tinggi dan sangat disegani, memberi berkat-berkat (petuah), berani, jujur, kesaktian dan kharisma.

Pada kegiatan partangiangan pomparan raja Sapala Datu Harianja sedunia yang dilaksanakan di Bona Pasogit desa Harianja 1-juli 2017 merupakan sarana temu kangen dan interaksi untuk kemajuan dan kekompakan sebagaimana mempedomani bagaimana perjuangan raja Sapala Datu Harianja.

Ketua I Panitia Umum (Pangaranto) Daniel Hariadi Harianja S.Pd mengatakan, Partangiangan Pomp Raja Sapala Datu Harianja, selain temu kangen juga bertujuan menyatukan seluruh Pomparan Oppu Raja Sapala Datu, boru dan bere dimanapun berada agar seiya sekata, satu di dalam doa, saling kenal dan menyayangi di dalam satu keturunan Oppu Raja Sapala Datu, juga untuk mensyukuri berkat yang diberikan Tuhan, karena itu merupakan pemberian Tuhan.

“Pesta Partangiangan Pomparan Ompu Raja Sapala Datu Hariandja Se-Dunia ini adalah pesta yang kedua kalinya di Bona Pasogit/kampung halaman di Desa Harianja Kec Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, yang dihadiri Pomparan Sapala Datu, termasuk boru dan bere dari seluruh Dunia. Pesta Partangiangan pertama sekali diadakan pada 2012 dan dilaksanakan di lokasi yang sama. Partangiangan yang kedua ini menindak lanjuti kesepakatan semua pomparan sapala datu supaya setiap 5 tahunsekali dilaksanakan,” kata Hariadi.

“Suksesnya kegiatan ini adalah berkat ketulusan semua pengurus wilayah dan kasih Tuhan yang sungguh luar biasa. Pengurus di Jakarta, Medan, Batam, Tapanuli Bonapasogit, Bandung, Papua, Sulawesi, Sumsel, Singapore dll, yang semua bekerja dengan penuh ketulusan dan tanggung jawab sampai kegiatan selesai dengan baik. Biaya kegiatan ini mencapai 150 juta yang semuanya didapat dari sumbangan pomparan sapala datu, baik itu bere ataupun bere dari berbagai wilayah. Tema dari kegiatan ini adalah ‘Pujima Jahowa, ale tondingku, jala unang tung halupahon denggan ni basana sude‘, yang kutip dari Pslam 103:2. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/ ibu yang telah menyumbang dan membantu Panitia baik dari segi waktu, tenaga, pemikiran terlebih materialnya mudah-mudahan dengan adanya acara seperti ini, kasih dan saling mengasihi, tolong menolong dan bahu membahu semakin terjalin erat di pomparan Raja Sapala Datu Harianja,” tambah hariadi.

Kegiatan partangiangan pertama (sabtu, 1/7) diawali ziarah ke Hinambor (tugu) ompu Raja Sapala Datu dan tabur bunga, marsipanganon/sarapan pagi, kebaktian serta doa syukur yang di isi dengan berbagai koor puji pujian, laporan ketua panitia, kata sambutan dari berbagai perwakilan, marsigabe-gabean dan manortor serta dilanjutkan dengan acara hiburan oleh lansia, naposo dan suara emas yang dipersembahkan Harianja Ladies Trio.

Acara kedua dilaksanakan, minggu (2/7) setelah kebaktian minggu dilaksanakan doa pemberangkatan kepada seluruh perantau pomparan raja sapala datu dimanapun berada supaya selamat sampai tujuan. Selain pemberangkatan perantau dengan doa, kegiatan itu juga memilih pengurus partangiangan pomparan sapala datu untuk tahun 2022 mendatang atau partangiangan ketiga, Tuhan memberkati lima tahun yang akan datang berjumpa kembali dengan sehat dan berbahagia.

Horas..Horas..Horas..

Sumber: Tapanulibersuara.com dari St.Idris Harianja, Gr Jaman Harianja, Daniel Hariadi Harianja S.Pd

LOGIN